Thursday 16 June 2011

ETOS KERJA SEORANG MUSLIM


Yang mendesak untuk segera dibangkitkan dari diri kaum muslimin adalah menyangkut etos kerja. Gairah bekerja alias semangat bekerja mencari karunia ALLAH kurang menyertai umat Islam pada umumnya. Sehingga hanya sedikit dikalangan mereka yang sukses dibidang ekonomi, sementara sebagian besar aspek perekonomian masih dikuasi orang-orang di luar Islam.
                Sebagai akibatnya, banyak dari kalangan umat islam yang menjadi “pengemis” kepada orang-orang di luar Islam. Ada yang tukang buat proposal, ada yang langsung berupa permohonan cash, ada yang pura-pura cari dana sumbangan dan beragam bentuk lainnya. Maka sudah saatnya, seorang muslim menyadari pentingnya mempunyai penghasilan yang besar.
Akhlak Seorang Muslim Saat Bekerja
                Islam menuntut kita untuk menghargai waktu setinggi-tingginya. Waktu adalah modal sekaligus merupakan amanah yang wajib dijaga. Waktu adalah perekam sejarah setiap insan di alam ini, apakah dia mulia atau nista. Tidak sedikit orang yang cukup potensial, tapi tidak bisa unggul karna tidak cerdas memenej waktu.
                Yang menjadi persoalan sesungguhnya bukanlah terletak pada waktu, sebab semua waktu itu baik. Bukanlah Allah swt banyak bersumpah dengan semua waktu yang berlaku di alam ini? Demi masa (demi waktu ashar), demi waktu dhuha, demi malam, demi waktu subuh, demi waktu siang dan seterusnya. Pendek kata, tidak ada waktu sial dalam kacamata Allah seperti anggapan segelintir orang bingung di masa lalu dan kini. Yang menjadi masalah besar adalah bagaimana mengisi waktu dengan optimal.
                Banyak strategi yang bisa kita terapkan untuk mengatasi masalah ini, salah satunya ialah dengan memakai rumus: sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, atau sambil menyelam minum air. Rumus itu kita terapkan sebagai berikut, bekerja membutuhkan waktu berjam-jam, terkadang bisa seharian penuh. Ada yang pagi berangkat ke kantor, lalu sore hari baru pulang, berarti sekitar 8 jam berada di tempat kerja. Dalam 8 jam seorang muslim dituntut mampu menyelesaikan sejumlah kewajibannya kepada Allah maupun manusia. Untuk itu, ia dapat berbisnis atau bekerja dengan berdakwah sekaligus. Modal utamanya ialah akhlak yang baik dan prestasi kerja yang tinggi.
                Seorang businessman yang berakhlak mulia, pasti berprestasi tinggi. Akhlak yang baik adalah tonggak utama dakwah ilallah. Akhlak mulia merupakan senjata ampuh menarik orang dalam kebaikan. Sehingga Nabi saw memproklamirkan :
                Innamaa bu’itstu li-utammima makarimal akhlaak
                “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.”
                Sebagai suritauladan orang-orang berakal, Beliau menarik hati manusia karna kemuliaan akhlaknya. Tuhan Allah pun menyanjungnya ketika Dia berfirman, “Dan sesungguhnya Engkau benar-benar berakhlak mulia.”(Qs.68 : 4). Jadi jelas kunci utama dakwah adalah akhlak. Setiap muslim lebih membutuhkan kepada akhlak dari pada kepada yang lainnya, ia adalah kebutuhan primer yang harus dimiliki.
                Waktu merupakan salah satu factor yang sangat menentukan, apakah seseorang akan tertinggal atau melesat maju. Makin banyaknya yang dapat dihasilkan per satuan waktu, berarti makin efisien ia bekerja. Proses berlomba dengan waktu antar individu terus berlangsung tiap detik. Mereka yang tidak sadar akan hal ini, akan kecurian start berkelanjutan oleh yang lain.
                Yang perlu digarisbawahi ialah waktu itu terbatas, yaitu hanya 24 jam dalam sehari. Sementara masalah-masalah yang harus dituntaskan teramat banyak, maka system prioritas menjadi keniscayaan. Akhlak ternyata memperpendek penggunaan waktu. Berbicara seperlunya berarti mengurangi waktu untuk ngobrol ke sana kemari, rasa tanggung jawab menuntut kerja nyata tanpa banyak kata, bersikap jujur dapat mengundang simpati orang lain, mereka dapat saja membantu pekerjaan kita dengan kerelaan, tugas pun selesai sebelum waktunya.
                Kalau sadar, kaum muslimin pada umumnya adalah manusia super. Ia cerdas, ia juga terampil, punya semangat hidup tinggi, pada umumnya juga memiliki ketahanan fisik yang mumpuni dan kelebihan-kelebihan lainnya. Dengan karunia semua itu, umat Islam mempunyai fondasi-fondasi modal yang kuat, yang menghantarkan kepada puncak kebahagiaan dan kesuksesan hidup di dunia ini apa lagi di alam baqo kelak.
                Manusia dapat menjinakkan bom, mengarahkan pesawat. Tetapi manusia tidak akan mampu mengerem atau mengarahkan waktu menurut kehendaknya. Manusia hanya dapat menggunakan dan mengisi waktu. Tentang hal ini pun, kaum muslimin banyak diingatkan Al-Qur’an.
                Bersamaan dengan itu, kita mungkin tidak merasa bersalah, walau sebenarnya kita telah menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang diketahui tidak ada manfaatnya. Ada taushiyah yang bagus untuk kita renungkan dan kita amalkan:
                Lisaanul haal aqwaa min lisaanil maqool”
                ‘Bahasa perbuatan lebih kuat dari pada bahasa perkataan.’
Artinya, perbuataan seseorang akan lebih berkesan dihati orang lain dari pada hanya sekedar berbicara. Dengan demikian pengaruhnyapun akan lebih berhasil di hati orang lain. Dari sinilah kaum muslimin dituntut untuk beramal terlebih dahulu hingga iapun menjadi qudwah bagi umatnya.






TIME MANAGEMENT

Siasat untuk mengatur diri sendiri dalam memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan bila kalian bisa “DISIPLIN” akan “SUKSES”
CARA :
1.       Buat List (yang penting).
2.       Buat jadwal Harian, Mingguan, Bulanan.
3.       Lakukan Persiapan sebelum hari H.
4.       Dilarang Prokrastidasi (Menunda).
5.       Lakukan yang bisa dikerjakan hari ini.
6.       Fokus !!
Manajemen waktu memiliki maksud yang lebih luas dari sekedar alokasi waktu. Manajemen waktu bagi muslim da’I dan menjadi bisnisman berarti mensinergikan keduanya dengan berorientasi pada peningkattan kualitas maupun kuantitas keduanya.
Manajemen waktu meliputi beberapa aspek utama yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Merencanakan berarti membuat program secara definitive dengan mempertimbangkan hambatan dan tantangan serta ancaman yang mungkin timbul. Hambatan ini bukan untuk ditakuti, tapi untuk dicari jawabannya. Sebab semua itu merupakan mortivator untuk menang. Namun bagi pecundang bisa jadi bumerang.
Waspadai pencuri waktu. Ini jurus mutlak yang harus dikusai. Seringkali muslim tidak menyadari telah membunuh atau kecurian waktu oleh hal-hal yang tidak bernilai. Bayangkan, setiap hari berapa menit kita pakai untuk obrolan sia-sia, untuk memutar tape, radio, VCD, berkhayal dan lain-lain yang semuanya memakan waktu. Beruntung bagi siapa pun yang memahami bahwa waktu adalah modal, bahwa waktu adalah pahala atau uang.
Dalam dua puluh empat jam, ada orang yang mampu menyelesaikan 100 macam pekerjaan. Dalam dua puluh empat jam, ada orang yang menuntaskan 70 masalah. Dalam dua puluh empat jam, ada orang yang melakukan 50 aktifitas. Dalam dua puluh empat jam, ada orang yang hanya menghasilkan satu macam karya. Dalam dua puluh empat jam, banyak orang yang mengurus dirinya sendiri saja tidak tuntas. Jadi, tipe yang manakah kita sekarang ?
Ada dua hal penting yang membedakan jumlah produktifitas dari orang per orang dalam 24 jam di atas: satu, mengerti arti pentingnya waktu dan kedua, menata atau memenejnya. Orang yang tidak mengerti betapa mahalnya waktu, tidaklah ada motivasi untuk menyelesaikan tanggung jawab dan tugasnya. Mungkin banyak yang sadar arti penting waktu, tetapi ia tidak pernah dapat berbuat banyak setiap harinya. Mengatur atau menejemen waktu, bagi seorang muslim merupakan syarat utama untuk memperoleh keberuntungan dan terbebas dari kerugian. Bukankan Allah swt telah menerangkan jelas dalam surat Al-Ashr ?
Berdasarkan keterangan dari surat Al-Ashr, nyatalah waktu itu tidak boleh luput dari empat hal: Iman, amal shalih, saling berwasiat dalam menetapi kebenaran dan yang keempat saling wasiat utuk bersabar. Empat perkara ini tidak lenyap dari diri seorang anak Adam jika ingin hidupnya sukses. Iman berarti ia tidak boleh kafir, beramal shalih artinya seseorang tidak boleh tidak beramal shalih atau tidak boleh diam saja. Seseorang harus berbuat baik sesuai kemampuannya. Selanjutnya sesama orang beriman di tuntut agar saling menasehati supaya tetap dijalan kebenaran, juga saling menasehati agar sabar memepertahankan iman dan melangsungkan amal shalih.
Jika penasaran, apakah akibat yang timbul dari menyia-nyiakan waktu ? Maka secara singkat, tegas dan telak dijawab oleh ayat 2 dari surat Al-Ashr. “ Ia berada dalm kerugian yang besar”. Kerugian meliputi dirinya, dan ia tidak dapat melolokan diri kepungan khusr itu.
Ambilah waktu sejenak untuk merenungkan dan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi untuk kemudian bekerja keras untuk dakwak dan ma’isyah. Kita perlu bekerja keras, tekun dan ulet, karna sukses biasanya dicapai setapak demi setapak.



Wednesday 2 February 2011

STRUKTUR KEPANITIAN LDKR 2011


*Ketua : Iwan Sumantri.
*Seketaris : Nurul Azmi.
*Bendahara : Putri Dara, Aisyah.
*Sie.Konsumsi : Rossindah, Agus, Suci Nirmala.
*Sie.Acara : Riris, Annisa, Jundur, Isa.
*Sie.Pubdok : Amel. Malik, Julia.
*Sie.P3K : Misbah, Massagung, Faris.s
*Sie.Perlengkapan : Guti.a, Lutfi, Nugroho, Wahid.
*Sie.Keamanan : Rizky.a, Wahab, Herdi, Ade.

Program Kerja Dewan Syuro Al Farisi 2011


# DIVISI LITBANG
1. Konsep pengembangan sosial ( February 2011 ) : merumuskan konsep atau strategi DS dalam memperluas hubungan  sosial dalam maupun luar lingkungan DS.
2. Konsep Teater Rohis 2011 (Mei 2011 )
3. Konsep LDKR 2012 ( November 2011)
4. Evaluasi DS Triwulan ( Maret, juni, september, desember 2011)
5. Risettentatif ( Kondisional )

# DIVISI KADERISASI  
1. LDKR 2011 ( February 2011)
2. Tahajud call ( Harian )
3. SMS Tausiyah ( Mingguan )
4. Kajian rutin atau Ta'Lim ( 1x per bulan, di minggu ke-4)
5. Teater ( Juni 2011 )
6. Motifasi Rohis ( Kondisional )

# DIVISI DANA USAHA
1. Jual makanan, asesoris, stand ( Kondisional )

# DIVISI INTERNAL
1. Pengarsipan ( February, juni, september, desember 2011 )
2. Pembuatan silabus proker seluruh divisi ( February 2011 )
3. Suksesi DS 2012 ( January 2012 )
4. Optimalisasi : Buletin ( 1x per bulan, di minggu ke-4 ), Blog ( 1x per minggu )
5. Jarkom ( Kondisional )

# DIVISI EKSTERNAL
            

 

Thursday 27 January 2011

Masjid

1. Masjid adalah Baitullah atau rumah Allah (QS An-Nur: 36) 
Allah pun berfirman “RumahKu dimuka bumi adalah masjid, para kekasihKu adalah mereka yang memakmurkan rumahKu. Barang siapa yang ingin berjumpa denganKu hendaklah ia datang ke rumahKu, sungguh wajib bagi tuan rumah menghormati para tamunya.”(Hadis Kutsi). 

Karena itulah azan bukan panggilan muazin, tapi panggilan Allah Kekasih untuk para kekasihNya. 

2. Masjid rumah Rasulullah SAW
Ketika beliau sakit menjelang akhir hayat beliau, tatkala mendengar azan Bilal, beliau berkata kepada Saidah Aisyah RA, antarkan aku ke rumahku!. Saidah Aisyah keheranan dan seraya bertanya “Bukankah ini rumah engkau wahai kekasih Allah?" Rasulullah menjawab, “Tidak, rumahku adalah masjid”. 

Kesempatan lain pun beliau bersabda: “Seandainya umatku mengetahui keutamaan salat berjamaah di masjid merangkak pun mereka tetap salat berjamaah di masjid” (Muttafaqun ‘Alaiha).

3. Masjid rumah malaikat-malaikat Allah.
Istana saja ada penjaganya apalagi masjid, para Malaikat itu mendoakan dan mengaminkan doa mereka yang memakmurkan masjid ( HR Ahmad).

4. Mesjid adalah rumah orang-orang mukmin.
Setiap makhluk ada rumahnya, dan rumah orang beriman adalah masjid. Simak dengan keimanan surat At-Taubah ayat 18 : “Sesungguhnya hanya hamba Allah yang benar-benar beriman kepada Allah dan benar-benar beriman pada Hari Akhirat, merekalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah”. 

Sungguh mereka yang telah mendapat hidayah iman, walaupun rumahnya jauh dari masjid, gelap, dingin-dingin disertai hujan turun lebat tetap mereka berjamaah di masjid, tetapi kalau tidak mendapat hidayah iman, walau pun rumahnya dekat dengan masjid ia tetap saja tidak berjamaah di masjid.

Para sahabat pun dapat mengetahui orang-orang munafik di waktu Subuh, karena orang-orang munafik sangat berat salat berjamaah di masjid terutama di waktu Subuh (HR Bukhari).

Besar Pahala


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ، أَنَّهُ قَالَ : إِنَّ أَعْظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاءِ ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاهُمْ ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا ، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Allah mengujinya. Maka barangsiapa ridha dengan ujian Allah, baginya ridha –dari Allah-, sebaliknya, siapa yang murka, maka baginya murka –dari Allah-.” HR. At-Tirmidzi

Perumpamaan Shalat 5 waktu

« أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَىْءٌ ». قَالُوا لاَ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَىْءٌ. قَالَ « فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا ». رواه مسلم

Rasulullah saw. bersabda: “Apa pendapat kalian, jika ada sungai di depan pintu rumah kalian, kalian mandi di sana setiap hari lima kali, apakah masih tersisa kotoran? Sahabat menjawab: “Tidak tersisa sedikit pun kotoran sama sekali”. Rasul bersabda:” Itulah perumpamaan shalat lima waktu, Allah menghapus kesalahan-kesalahan dengan shalat lima waktu.” HR. Imam Muslim

Friday 16 July 2010

Keutamaan Tasbih

Mukaddimah
Secara bahasa, kata Tasbîh berasal dari kata kerja Sabbaha Yusabbihu yang maknanya menyucikan. Dan secara istilah, kata Tasbîh adalah ucapan سُبْحَانَ اللهِ . Ucapan ini merupakan dzikir kepada Allah yang merupakan ibadah yang agung.
Dalam hal ini, terdapat banyak kaidah di dalamnya dimana secara global dapat dikatakan bahwa setiap kaidah yang digunakan untuk menolak perbuatan bid’ah dan berbuat sesuatu yang baru di dalam agama, maka ia adalah kaidah yang cocok untuk diterapkan pula pada beberapa parsial (bagian) penyimpangan di dalam berdzikir dan berdoa, karena dzikir, demikian juga doa, adalah murni masalah ‘ubudiyyah kepada Allah Ta’ala. Sedangkan kaidah dari semua kaidah di dalam hal tersebut adalah bahwa semua ‘ibadah bersifat tawqîfiyyah, yang diformat dalam ungkapan, “Melakukan ibadah hanya sebatas nash dan sumbernya.”
Kalimat tersebut direduksi dari nash-nash yang beragam, diantaranya hadits shahih yang menyatakan bahwasanya Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang melakukan sesuatu yang baru di dalam urusan kami ini (agama) sesuatu yang tidak terdapat di dalamnya, maka ia tertolak.”
Dan hadits shahih yang lainnya bahwasanya Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda,
كُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
“Setiap sesuatu yang baru (diada-adakan) maka ia adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan (tempat pelakunya) adalah di neraka.”
Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati di dalam melakukan suatu bentuk ibadah dan harus selalu mengacu kepada dalil-dalil yang jelas dan shahih serta kuat yang terkait dengannya sebab bila tidak, maka dikhawatirkan amal yang dilakukan tersebut justeru menjerumuskan pelakunya ke dalam hal yang disebut dengan Bid’ah tersebut sekalipun dalam anggapannya hal tersebut adalah baik.

Thursday 15 July 2010

Ancaman Bagi Orang Yang Tidak Berpuasa Di Bulan Ramadlan Tanpa 'Udzur Syar'i


عن أبي هُرَيْرَةَ قالَ: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم "مَنْ أفْطَرَ يَوْماً مِنْ رَمَضَانَ منْ غَيْرِ رُخْصَةٍ ولا مَرَضٍ لَمْ يَقْضِ عنهُ صَوْمُ الدّهْرِ كُلّهِ وإنْ صَامَهُ". رواه الترمذي
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, "Barangsiapa yang berbuka (tidak berpuasa) sehari di bulan Ramadlan tanpa mendapatkan rukhshoh (keringanan) dan juga tanpa adanya sakit, maka seluruh puasa yang dilakukannya selama setahun tidak dapat menimpalinya (membayarnya)." (HR.at-Turmudziy)
عن أبي هُرَيْرَةَ قالَ: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم "مَنْ أفْطَرَ يَوْماً مِنْ رَمَضَانَ منْ غَيْرِ عِلَّةٍ ولا مَرَضٍ لَمْ يَقْضِهِ صِيَامُ الدّهْرِ كُلّهِ وإنْ صَامَهُ" . ذكره البخاري معلقا
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, "Barangsiapa yang berbuka (tidak berpuasa) sehari di bulan Ramadlan tanpa adanya alasan ('udzur) ataupun sakit, maka seluruh puasa yang dilakukannya selama setahun tidak dapat menimpalinya (membayarnya)." (HR.al-Bukhariy secara Ta'liq)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata, "Barangsiapa yang berbuka (tidak berpuasa) sehari di bulan Ramadlan tanpa adanya alasan ('udzur), maka tidak ada artinya puasa selama setahun hingga dia bertemu dengan Allah; jika Dia menghendaki, maka Dia akan mengampuninya dan bila Dia menghendaki, maka Dia akan menyiksanya." (Lihat, Fathul Bâriy, Jld.IV, h.161)

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah al-Bahiliy radliyallâhu 'anhu, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, 'Tatkala aku sedang tidur, tiba-tiba datang dua orang kepadaku, lantas meraih kedua lengan atasku, kemudian membawaku pergi ke bukit yang terjal. Keduanya berkata, 'Naiklah.' Lalu aku berkata, 'Aku tak sanggup.' Keduanya berkata lagi, 'Kami akan membimbingmu supaya lancar.' Maka akupun naik hingga bilamana aku sudah berada di puncak gunung, tiba-tiba terdengar suara-suara melengking, maka akupun berkata, 'Suara-suara apa ini?.' Mereka bekata, 'Ini teriakan penghuni neraka.' Kemudian keduanya membawaku pergi, tiba-tiba aku sudah berada di tengah suatu kaum yang kondisinya